Sekolah berperan penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Sekolah merupakan tempat terbaik untuk menanamkan praktik pemeliharaan lingkungan yang berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
Plan Indonesia dalam empat tahun terakhir bersama 20 sekolah di Manggarai dan Sumbawa berupaya meningkatkan kapasitas sekolah dalam program air dan sanitasi. Pada periode implementasi 2023-2024 ini, Plan Indonesia menambahkan isu perubahan iklim untuk melengkapi pendekatan program air dan sanitasi yang inklusif dan berketahanan iklim.
Sejalan dengan apa yang dilakukan di level komunitas, Plan Indonesia memperkenalkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan sekolah untuk merencanakan program air dan sanitasi tahan iklim dan inklusif. Pertama, melalui pembuatan rencana aksi yang melibatkan stakeholder terkait seperti puskesmas, dinas pendidikan, pemerintah desa, pemerintah kecamatan, dan komite sekolah.
Pembuatan rencana aksi ini didasarkan pada penilaian partisipatif terhadap fasilitas air dan sanitasi di sekolah melalui transect walk. Rencana aksi ini diharapkan menjadi dasar perencanaan di tingkat sekolah, kabupaten, maupun di desa/kelurahan untuk melakukan mitigasi bahaya iklim.
Kedua, memasukkan isu perubahan iklim ke dalam kegiatan promosi dan edukasi di sekolah melalui permainan-permainan edukatif bagi anak dan guru. Permainan yang dikenalkan antara lain mewarnai, bercerita, permainan gas rumah kaca, kalender musim, hingga permainan menjodohkan kata. Permainan-permainan ini bisa memberikan pengetahuan lebih terkait bahaya iklim dan mitigasinya, termasuk mendorong komitmen warga sekolah untuk melakukan aksi nyata.
Pada September 2023, Plan Indonesia melatih lebih dari 50 orang guru, sanitarian, tenaga promosi kesehatan (promkes), dan staf dinas pendidikan kabupaten untuk memfasilitasi penyusunan rencana aksi dan kegiatan promosi dan edukasi di sekolah.
Di tengah kesibukan akademik yang cukup padat sampai Oktober 2023, sebanyak 20 sekolah membuat rencana aksi untuk mitigasi dampak perubahan iklim pada fasilitas air dan sanitasi di sekolah.
Rencana aksi tersebut diantaranya pengadaan tandon air dengan kapasitas lebih besar untuk mengatasi krisis air, menggalakkan kegiatan pemilahan sampah di sekolah, perbaikan dan pembangunan tempat penampungan sampah sementara, dan pemeliharaan selokan untuk mengantisipasi genangan pada musim penghujan. Rencana aksi ini selanjutnya menjadi salah satu dokumen dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
”Terkait rencana aksi yang sudah dibuat kami sangat menerima itu sebagai suatu hal yang sangat positif di sekolah. Meski ada yang cukup sulit untuk kami jalankan. Saya mengambil contoh kurangnya debit air, hal ini menjadi masalah yang cukup besar di lingkungan kami, dan aksi nyata yang kita jalankan adalah penghijauan di sumber mata air dan nanti dilaksanakan pada hari ulang tahun sekolah,” kata Yustus Adilamuilo, kepala SDK Pagal 2 di Manggarai.
Selain rencana aksi, pihak sekolah juga mulai memasukan permainan-permainan yang berhubungan dengan perubahan iklim ke dalam kegiatan promosi dan edukasi rutin mereka.
Sementara di Kabupaten Sumbawa, NTB permainan-permainan ini dipraktikan dalam berbagai macam versi. Seperti memasukkan ke dalam permainan tradisional yakni permainan gas rumah kaca dengan gerakan menghadang lawan yang mirip. Juga dengan memasukannya ke dalam kegiatan rutin sekolah seperti Jumat Bersih dan Sabtu Budaya.
Beberapa sekolah bahkan sudah memasukan permainan-permainan ini ke dalam mata pelajaran seperti Bahasa Inggris, Ilmu Pengatahuan Alam (IPA), dan muatan lokal. Di Manggarai, isu perubahan iklim masuk ke dalam aksi nyata sekolah malalui permainan ular tangga, kegiatan pilah pilih sampah, pembuatan eco-brick, dan pembuatan pupuk organik.
Warga sekolah merasa senang dan tertarik mengikuti kegiatan yang difasilitasi guru pendamping, sanitarian, dan tenaga promosi kesehatan dari puskesmas. “Sangat menyenangkan, karena selain menambah ilmu permainan terkait iklim yang diajarkan juga sebagai hiburan bagi teman-teman di sekolah,” ujar Raka Kampero, pendidik sebaya MTs Gunung Galesa.
Plan Indonesia masih akan terus mendampingi sekolah-sekolah di Manggarai dan Sumbawa untuk memasukkan isu perubahan iklim ke dalam program air dan sanitasi di sekolah, termasuk memperkuat Manajemen Kesehatan Menstruasi (MKM).
Dengan pendampingan ini diharapkan sekolah menjadi lebih siap dan tangguh menghadapi dampak perubahan iklim, terutama dampak terhadap air, sanitasi, dan kesehatan menstruasi kepada warga sekolah.
Penulis: Jun Baitanu dan Muhammad Nurdayat/Konsultan Sekolah WfW Project-Plan Indonesia.
The post Program Air dan Sanitasi Tahan Iklim yang Inklusif untuk Sekolah Ramah Perubahan Iklim appeared first on Plan International.